Kalau membahas pernikahan itu sendiri, saya pribadi
mempunyai pandangan tersendiri mengenai pernikahan.. Pernikahan itu membutuhkan
kesiapan dalam berbagai hal.. Pertama, kesiapan mental untuk mengambil peran
dan tanggung jawab baru sebagai seorang istri.. Peran dan tanggung jawab ini
mencakup arti yang luas.. Seorang perempuan tidak lagi bebas ketika telah mengucap
janji pernikahan, sehidup semati dengan pasangannya… Ia telah dimiliki oleh
orang lain dan harus tunduk pada suaminya.. Kedua, kesiapan materi dalam artian
bisa memenuhi kebutuhan hidup keluarga sehari-hari, karena pernikahan tidak
hanya makan cinta saja kan? Hehe…
Memang hanya 2 macam kesiapan yang diungkapkan disini, tapi
kedua hal itu sangat sulit dilakukan, tidak semudah yang dibayangkan… Setelah
siap menikah pun, masih banyak hal-hal maupun tantangan-tantangan yang akan
diperhadapkan pada seorang perempuan ketika ia telah menikah yaitu
mempertahankan pernikahan itu sendiri.. Ada pepatah yang berbunyi ” lebih sulit
mempertahankan daripada memulai suatu hubungan”.. Mungkin dalam masa pacaran,
sepertinya everything runs well, even very well… Tapi setelah menikah, kok
banyak hal-hal yang terjadi yang tidak sinkron dengan pada waktu masa pacaran
dan akhirnya banyak yang memutuskan untuk bercerai…
Pada kelas
psikologi perempuan tanggal 17 September, topik yang dibahas adalah mengenai pernikahan
serta perceraian… Saya yakin seyakin-yakinnya tidak ada orang yang mau menikah
untuk bercerai pada akhirnya… Untuk itulah masa pacaran sangat penting untuk
mendapatkan informasi yang detail mengenai pasangan kita agar jangan sampai
jatuh pada pilihan yang salah.. Saya pernah mendengar lelucon mengenai
pernikahan… Ada seorang perempuan mengenakan cincin pernikahan di jari yang
salah.. Temannya bertanya “kenapa kamu pakai cincin pernikahan itu di jari yang
salah?” ia menjawab “biarin ajalah, orang saya juga menikah dengan orang yang
salah”
Memang
terdengar konyol, hehehe,,, tetapi fakta menunjukkan banyak perempuan yang
tidak merasa puas dalam pernikahannya, mereka menganggap diri mereka salah
memilih pasangan…
Masalah yang
seringggg sekali saya dengar adalah masalah kekerasan dalam rumah tangga.. Ibu
Henny menjelaskan bagaimana untuk melihat cara seseorang mengelola emosinya
adalah ketika ia sedang mengemudi dan perilaku yang ia tampilkan pada hewan
peliharaan.. Memang saya akui itu ada
benarnya.. Terkadang orang yang kita kenal sabar, mendadak menjadi brutal
ketika sedang mengemudi…
Yang perlu kita ingat adalah lamanya masa pacaran tidak
selalu menentukan keberhasilan pernikahan…
Yang menentukan adalah kualitas pacaran itu sendiri.. Kalau di dalamnya
terdapat interaksi yang mengakar sampai ke dalam, argumen-argumen yang
ditujukan untuk lebih mengenal pasangan, itu akan lebih menghasilkan pernikahan
yang harmonis dan berhasil daripada hubungan yang hanya berada di “kulit luar” saja..
Mencegah lebih baik daripada mengobati, bukan? Telitilah calon pasangan anda
sebelum anda menyerahkan diri untuk diikat dalam suatu komitmen pernikahan agar
tidak menyesal di kemudian hari… Think
twice and act wisely ;)
No comments:
Post a Comment