Saturday, September 29, 2012

Dare to say No!



Pada pertemuan kali ini, topik yang dibahas adalah mengenai diskriminasi terhadap perempuan dalam pekerjaan dan pelecehan seksual di tempat kerja…  Hari ini saya benar-benar merasa kok perempuan kasihan sekali yahh.. sudah didiskriminasikan dalam pekerjaan, ditambah beberapa perempuan mengalami pelecehan seksual (korban) di tempat kerja mereka…  Hari ini pun pengetahuan saya bertambah mengenai pelecehan seksual itu sendiri.. saya lebih aware ternyata pelecehan seksual itu luas dan bermacam-macam juga… Mungkin masyarakat pada umumnya menganggap pelecehan seksual hanya sebatas fisik saja… tetapi ternyata bisa juga dari verbal seperti sex jokes dan visual seperti “tatapan mata” yang penuh nafsu…
Banyak sekali kasus-kasus pelecehan seksual yang terjadi di perusahaan dan lagi-lagi perempuan yang menjadi korbannya…  Mengapa laki-laki cenderung menjadi pelaku dan perempuan selalu menjadi korbannya? Memang seperti kita tahu, kebutuhan seksual atau dorongan seksual pria lebih intens dibandingkan dengan perempuan… Sehingga perempuan yang merupakan teman sekerja nya pun bisa menjadi obyek untuk dilecehkan… Namun, menurut saya selain hal kebutuhan seksual, dalam pelecehan seksual di tempat kerja merupakan dampak dari penyalahgunaan kekuasaan atau wewenang di tempat kerja.. 

Sangat mengganggu kinerja pastinya jika seseorang mengalami pelecehan seksual di tempat kerja… bukan saja mengganggu, bahkan beberapa orang merasakan dampak psikologis dari pelecehan tersebut, mereka merasa terhina, harga diri yang rusak karena pernah diperlakukan tidak sepantasnya…  Beberapa kasus menunjukkan bahwa perempuan-perempuan yang menjadi korban pelecehan seksual ini terjebak dalam suatu ikatan kontrak perusahaan sehingga ia tidak tahu lagi harus bagaimana karena yang melakukan pelecehan tersebut adalah pemilik perusahaan

Seperti blog sebelumnya mengenai pernikahan yang saya tekankan adalah  pencegahan itu selalu lebih baik daripada pengobatan… Dalam hal ini pun, saya juga menekankan pentingnya tindakan preventif bagi perempuan yang akan bekerja di suatu perusahaan…  Kak Tasya menjelaskan mengenai  perlunya mencermati serta melihat detail setiap kontrak yang akan ditandatangani.. Seperti contoh kalau orang dalam perusahaan mendesak kita dan hanya memberi waktu kita pada saat itu juga untuk tanda tangan, tidak memberi waktu kepada kita untuk menimbang-nimbang lagi, perlu dicurigai mengapa kontraknya begitu mengikat dan mendesak.. Memang alasan perusahaan begitu mengikat bisa karena banyak hal, tapi waspada dan berhati-hati tidak ada salahnya, bukan? 

Selain itu, kita sebagai kaum perempuan harus bisa bertindak tegas dimanapun kita berada…  Jangan sampai pelecehan muncul karena kita sendiri yang memberi “sinyal-sinyal” kepada laki-laki untuk menjadi pelaku pelecehan seksual… Bertindak asertif untuk berkata tidak dan menolak hal-hal yang menjurus pada pelecehan adalah hal yang harus dilakukan perempuan.. Banyak juga yang membiarkan atau mengabaikan perilaku melecehkan yang dilakukan laki-laki kepada mereka dengan alasan nanti juga akan berhenti dengan sendirinyaa… Menurut saya, beberapa orang mungkin benar berhenti, tapi kebanyakan laki-laki salah menafsirkan tanda-tanda yang kita berikan.. Bisa jadi menurut mereka itu merupakan suatu tanda bahwa kita “menerima” perilaku mereka…. Jadi, bertindaklah tegas karena kebanyakan (tidak semua loh yaa) laki-laki sulit sekali peka dan seringkali salah menafsirkan perilaku perempuan… Dare to say no!

Wednesday, September 19, 2012

Think Twice, Act Wisely!

“mana calonmu?” “kapan mau nikah?” pertanyaan-pertanyaan demikian seringkali dilontarkan pada wanita berusia dewasa muda, sekitar 20-25 tahun.. Bagi masyarakat pada umumnya, pernikahan lama kelamaan seperti menjadi sebuah kewajiban yang harus dan mutlak bagi perempuan..  entah perempuan itu sebenarnya siap atau tidak, mau atau tidak..


Kalau membahas pernikahan itu sendiri, saya pribadi mempunyai pandangan tersendiri mengenai pernikahan.. Pernikahan itu membutuhkan kesiapan dalam berbagai hal.. Pertama, kesiapan mental untuk mengambil peran dan tanggung jawab baru sebagai seorang istri.. Peran dan tanggung jawab ini mencakup arti yang luas.. Seorang perempuan tidak lagi bebas ketika telah mengucap janji pernikahan, sehidup semati dengan pasangannya… Ia telah dimiliki oleh orang lain dan harus tunduk pada suaminya.. Kedua, kesiapan materi dalam artian bisa memenuhi kebutuhan hidup keluarga sehari-hari, karena pernikahan tidak hanya makan cinta saja kan? Hehe… 

Memang hanya 2 macam kesiapan yang diungkapkan disini, tapi kedua hal itu sangat sulit dilakukan, tidak semudah yang dibayangkan… Setelah siap menikah pun, masih banyak hal-hal maupun tantangan-tantangan yang akan diperhadapkan pada seorang perempuan ketika ia telah menikah yaitu mempertahankan pernikahan itu sendiri..  Ada pepatah yang berbunyi ” lebih sulit mempertahankan daripada memulai suatu hubungan”.. Mungkin dalam masa pacaran, sepertinya everything runs well, even very well… Tapi setelah menikah, kok banyak hal-hal yang terjadi yang tidak sinkron dengan pada waktu masa pacaran dan akhirnya banyak yang memutuskan untuk bercerai…

Pada kelas psikologi perempuan tanggal 17 September, topik yang dibahas adalah mengenai pernikahan serta perceraian… Saya yakin seyakin-yakinnya tidak ada orang yang mau menikah untuk bercerai pada akhirnya… Untuk itulah masa pacaran sangat penting untuk mendapatkan informasi yang detail mengenai pasangan kita agar jangan sampai jatuh pada pilihan yang salah.. Saya pernah mendengar lelucon mengenai pernikahan… Ada seorang perempuan mengenakan cincin pernikahan di jari yang salah.. Temannya bertanya “kenapa kamu pakai cincin pernikahan itu di jari yang salah?” ia menjawab “biarin ajalah, orang saya juga menikah dengan orang yang salah”
Memang terdengar konyol, hehehe,,, tetapi fakta menunjukkan banyak perempuan yang tidak merasa puas dalam pernikahannya, mereka menganggap diri mereka salah memilih pasangan…

Masalah yang seringggg sekali saya dengar adalah masalah kekerasan dalam rumah tangga.. Ibu Henny menjelaskan bagaimana untuk melihat cara seseorang mengelola emosinya adalah ketika ia sedang mengemudi dan perilaku yang ia tampilkan pada hewan peliharaan..  Memang saya akui itu ada benarnya.. Terkadang orang yang kita kenal sabar, mendadak menjadi brutal ketika sedang mengemudi…
Yang perlu kita ingat adalah lamanya masa pacaran tidak selalu menentukan keberhasilan pernikahan…  Yang menentukan adalah kualitas pacaran itu sendiri.. Kalau di dalamnya terdapat interaksi yang mengakar sampai ke dalam, argumen-argumen yang ditujukan untuk lebih mengenal pasangan, itu akan lebih menghasilkan pernikahan yang harmonis dan berhasil daripada hubungan yang hanya berada di “kulit luar” saja..

Mencegah lebih baik daripada mengobati, bukan? Telitilah calon pasangan anda sebelum anda menyerahkan diri untuk diikat dalam suatu komitmen pernikahan agar tidak menyesal di kemudian hari… Think twice and act wisely ;)

Wednesday, September 12, 2012

Spark Your Inner Beauty! :)


Topik kuliah kali ini juga cukup menarik yaitu mengenai kecantikan seorang perempuan… Siang itu Bu Henny menayangkan sebuah film mengenai kecantikan yang berjudul The Science of Beauty…. Film ini sangat menarik karena mengupas berbagai macam definisi kecantikan, baik menurut para pria dan wanita itu sendiri.. Kalau kita ditanya mengenai definisi kecantikan, kebanyakan dari kita pasti bingung mendefinisikan kata tersebut, padahal dalam kenyataannya, hal itu sangat dekat dengan kehidupan kita sehari-hari…. J

Sebenarnya apa definisi dari kecantikan itu sendiri? Dalam film tersebut, banyak sekali definisi yang disebutkan baik dari sudut pandang pria maupun wanita.. Saya rasa pendapat orang-orang dalam film itu juga menunjukkan atau mewakili pendapat pada umumnya (dalam kehidupan real)… Ada yang berpendapat perempuan cantik itu dilihat dari fisik, kalau fisik berbentuk “jam pasir” itu dikatakan cantik.. Ada pula yang berpendapat kalau cantik itu dilihat dari dalam (inner beauty)..

Hal yang juga menarik dalam film tersebut adalah ternyata kebanyakan laki-laki (tidak semua yaah) mendefinisikan cantik dalam kisaran penampilan luar, seperti perempuan dengan tinggi “sekian” baru dikatakan cantik, perempuan dengan warna kulit tertentu, bibir tebal, mata besar berarti cantik….
Saya pribadi memang setuju kalau kebanyakan pria mendefinisikan cantik seperti itu, dilihat dari fisiknya.. kalaupun mereka yang mengatakan cantik itu bukan dari fisik, tapi dari hati, saya yakin dan percaya kalau mereka pada awalnya tetap memperhatikan fisik, mereka harus tertarik dulu pada seorang perempuan baru berniat mengenalnya lebih jauh… bagaimana mau mengenal kalo lihat mukanya sudah ilfeel duluan… Kalau pria sama sekali tidak lihat fisik sepertinya jarang dan hampir tidak ada… setidaknya “ga malu-maluin kalau digandeng di sebuah pesta” begitu kata-kata yang sering sekali saya dengar he..he..he…

Sebagai tambahan, siang itu selesai mengikuti kelas psikologi perempuan, saya mengikuti kelas lain pada pukul 15.00… Saya berbincang dengan seorang teman laki-laki dan kebetulan saya bisa masuk pembicaraan mengenai cantik.. Saya iseng bertanya pada teman saya itu ttg definisi cantik.. Jawaban pertama yang keluar dari mulutnya adalah ”good looking”… Saya semakin setuju dengan pendapat awal saya kalau sebagian besar laki-laki memang lihat dari penampilan awal…

Sekarang saya ingin sharing mengenai pandangan saya mengenai definisi cantik itu sendiri… Memang cantik itu subyektif sekali dan sulit untuk diukur serta didefinisikan, tetapi cantik menurut saya adalah bagaimana seorang perempuan bisa membawa dirinya dimanapun dia berada, menunjukkan perilaku yang adaptable di lingkungan tempat ia berada.. Kalau ia ada di rumah, ia bisa berperilaku sesuai dengan yang menjadi tanggung jawabnya.. Kalau ia di kampus atau di kantor atau dimanapun, dia tetap bisa menunjukkan dirinya adaptable.. Definisi ini tentu mengarah pada inner beauty.. Yaa, saya setuju dengan pendapat inner beauty itu lebih penting dari pada fisik karena toh fisik kita nanti akan berubah kalau sudah menua, sedangkan inner beauty akan tetap, tidak berubah.. Melalui inner beauty, akan terpancar keluar perilaku dan tutur kata yang baik.. Saya juga setuju dengan pendapat Bu Henny yang mengatakan bahwa semua orang pada dasarnya cantik, dan untuk yang laki-laki, semua pada dasarnya ganteng.. Yang membuat diri kita jelek adalah kita sendiri, melalui tutur kata dan perbuatan kita yang tidak seharusnya…

Kalau saya berpendapat inner beauty jauh lebih penting dari fisik, pasti ada yang berkata “berarti ya ga usah dandan, ga usah merawat diri, toh yang diliat dalamnya saja, berarti kalau penampilan seperti “gembel” pun ga apa-apa dongg..” Menurut saya ini pun salah, penampilan luar juga penting, penting untuk diperhatikan tetapi BUKAN segala-galanya… Saya sebagai perempuan mengajak kaum perempuan lainnya untuk mengelola, mengembangkan inner beauty yang ada dalam diri kita, jangan hanya fisik, fisik, dan fisik terus yang diperhatikan… Kalau ada laki-laki yang tertarik dengan kita karena inner beauty yang kita miliki, itu akan jauhhhhh lebih berharga, daripada laki-laki yang hanya tertarik dengan fisik kita.. Jangan pernah bangga bisa memacari seorang laki-laki ganteng tapi yang dia lihat dari kita hanya fisik… itu sifatnya sangaatt sementara… di luar sana selalu ada yang lebih cantik, lebih ganteng, lebih imut, lebih manis dan itu tidak akan ada habisnya…. Tapi kalau sudah menemukan seorang pria yang tertarik dengan kita karena inner beauty kita, seperti kepribadian dan pembawaan diri kita, itu akan bertahan selamanya, karena di luar sana hanya ada satu diri kita, diri kita ini tidak ada duanya lohh.. semua unik dan tidak ada satupun yang sama… Dalam film tersebut, di bagian paling akhir, ada kalimat yang menurut saya menarik sekalii… Kalimat itu berbunyi demikian

“Orang yang paling menarik adalah orang yang cocok dengan kita”

Jadii, sudah tahu kan definisi cantikk? ;) jangan menomorsatukan penampilan,, tapii spark your inner beauty..!! :)

Tuesday, September 4, 2012

Make Your Own Choice! ;)

Tema kali ini seputar perempuan yang menjalani peran ganda.. Saya pribadi sangat tertarik dengan topik kali ini karena berencana memilih peran yang seperti itu nantinya kalau sudah married.. he..he..he.. Anyways, peran ganda yang dimaksud kali ini adalah peran seorang wanita sebagai ibu yang mengurus keluarga serta peran seorang wanita sebagai seorang wanita karir
 
Kalau saya mendengar presentasi kelompok pada siang itu, dikatakan bahwa anak dari seorang perempuan dengan peran ganda akan lebih berkompeten dan cenderung mengikuti jejak ibunya kalau dia besar nanti.. Sedikit sharing, memang itu benar sekali menurut saya dan sayapun salah satu anak dari ibu yang menjalani peran ganda, walaupun beliau saat ini sudah tiada :) tapi saya sangat kagum dari caranya membagi waktu antara tugas di luar dan di rumah, sampai-sampai harus bangun subuh buat menyiapkan semua keperluan rumah tangga Beliau pun tidak pernah mengeluh dan sampai saat ini saya sangat bangga dengan kemampuan dan ketangguhannya sebagai seorang perempuan dengan peran ganda :)

Menjalani  sebuah peran merupakan pilihan Ingin menjadi ibu rumah tangga yang full timer adalah pilihan.. Menjadi ibu yang sibuk bekerja di luar pun merupakan pilihan Pilihan yang masing-masing memiliki konsekuensi setiap hal di dunia ini selalu mengandung dua sisi layaknya koin yang memiliki sisi dan tak terpisahkan. Saya ingin berbagi pandangan mengenai peran itu sendiri
 
Fakta yang terjadi di luar sangat beragam Jika kita ambil contoh perempuan yang memilih untuk menjadi ibu rumah tangga yang full timer, misalnya saja seorang lulusan universitas memilih untuk jadi ibu rumah tangga sepenuh waktu.. pandangan apa yang mungkin datang dari orang lain? percuma sekolah tinggi-tinggi, ujung-ujungnya masuk dapur atau pandangan ga laku di dunia kerja bisa saja datang dari orang lain.. Terlebih kalau masuk universitas ternama udah mahal-mahal, cape-cape kuliah, belajar, ujung-ujungnya di rumah juga

Jika kita ambil satu contoh perempuan yang sibuk bekerja di luar, pandangan apa yang mungkin datang dari orang lain kepada dirinya? Kalau saja terjadi sesuatu yang salah pada kehidupan rumah tangga walau sedikiiitt saja, perempuan itu mungkin disalahkan, misalnya ada cibiran tentu saja keluarganya seperti itu, waktu untuk keluarga aja ga ada, sibuk diluar terus, mana keurus dan sindiran lainnya..bahkan saya pribadi pernah mendapat komentar dari seseorang mendapat sindiran kok kurus banget sih, ga diurusin yah.. Agak kesal mendengar komentar seperti itu, tapi menurut saya pribadi, memang saya terlahir dari keluarga yang kecil dan kurus bukan karena tidak diurus.. sudah makan banyak pun masih tidak bisa gemuk.. hehehehe ;) Yang jelas, komentar seperti anak yang kurus gara-gara tidak terurus terdengar konyol bagi saya.. Yang saya ingin perjelas disini, hal-hal konyol pun bisa ditimpakan pada perempuan, perempuan bisa disalahkan melalui hal-hal semacam itu

Yang perlu kita pikirkan adalah tujuan tujuan dari pilihan itu sendiri.. kalo kita memilih tidak bekerja atau ibu rumah tangga pasti dengan suatu tujuan yang baik, untuk memberikan kualitas terbaik sebagai seorang ibu, sebagai seorang istri.. Memberikan waktu sepenuhnya untuk keluarga Kalau kita memilih untuk bekerja pun dengan suatu tujuan yang baik, untuk membantu ekonomi keluarga, untuk menjadi wanita mandiri supaya bisa dicontoh oleh anak-anaknya nanti
 
Well, apapun pilihan yang kita ambil nantinya, mengandung resiko dan konsekuensi, bukan? Yang perlu kita lakukan adalah menimbang-nimbang mana yang ingin kita ambil, yang sesuai dan cocok dengan kita.. Kita yang akan menjalaninya nanti dan pastinya harus dengan tujuan yang baik.. So, make your own choice ;)