Perkuliahan hari ini membahas mengenai keterampilan dasar
yang dibutuhkan sebagai seorang pewawancara yang baik… Banyak sekali hal yang
harus dimiliki seorang pewawancara agar ia bisa melakukan wawancara dengan
teknik yang baik dan benar… Saya pribadi ketika menjelaskan penjelasan dari Kak
Tasya merasa masih banyak hal dari diri saya yang perlu saya perbaiki untuk
dapat menjadi seorang pewawancara yang benar.. Untuk sedikit review mengenai materi hari ini,
keterampilan yang harus dimiliki meliputi kemampuan membina rapport, empati, attending behavior (mengurangi kuantitas bicara), keterampilan
observasi, dan active listening..
Hal-hal yang saya dapatkan mengenai pembelajaran hari ini
cukup banyak. Pertama, untuk menjadi psikolog yang professional tidaklah mudah.
Psikolog pastinya akan banyak menggunakan teknik wawancara dengan intensitas
yang cukup tinggi sehingga dibutuhkan bekal pengetahuan untuk calon psikolog
ketika mewawancarai kliennya. Untuk menjadi professional, kita haruslah bisa
memisahkan antara masalah pekerjaan dan masalah pribadi.. Terkadang, masalah
pribadi bisa sangat mengganggu kita ketika sedang bekerja, apalagi untuk kaum
perempuan yang sangat menggunakan emosinya..
Masalah ini ternyata bisa berdampak pada keterampilan
lainnya yang seharusnya dimiliki pewawancara, yaitu active listening. Ketika kita sedang mempunyai masalah pribadi dan
pada saat yang sama harus mendengarkan orang lain bercerita, ditambah harus memberi
nasihat serta masukan, tidaklah mudah.. Malah saya rasa sangatlah sulit..
Ketika kita punya masalah pribadi, akan sangat sulit bagi kita untuk
berkonsentrasi penuh atau fokus dengan apa yang dibicarakan klien, sehingga
bisa berdampak pada skill lain yang dibutuhkan, yaitu active listening.
Kedua, ternyata mengenali emosi kita sendiri tidaklah
mudah.. Mengenali emosi apa yang sedang kita rasakan saat ini cukup sulit..
Sebelum kita membantu orang lain atau yang kita sebut dengan klien, seharusnya
kita sendiri sebagai calon psikolog mampu mengenali emosi dan keadaan diri kita
terlebih dahulu baru kita bisa menilai emosi orang lain dan membantunya
mengatasi masalah yang ada..
Ketiga, bagi kaum perempuan, untuk berekspresi yang sesuai
ketika mendengarkan klien juga tidaklah mudah.. Terkadang karena terlalu banyak
memakai perasaan, perempuan menjadi terlalu ekspresif ketika mendengarkan klien
bercerita.. Selain itu, perempuan juga bisa terlarut dalam suatu pembicaraan
mengenai topik tertentu yang mungkin pernah dialaminya sebelumnya, sehingga
pada akhirnya yang bercerita bukan hanya klien, tetapi psikolog nya pun ikut
curhat di dalam sesi tersebut..
Merupakan sebuah tantangan ketika kita dituntut untuk
bekerja secara professional, namun dengan latihan dan pengalaman, semua
keterampilan mungkin saja kita kuasai nantinya.. Practices make perfect :)
No comments:
Post a Comment